Daftar Isi :

Selasa, 24 Januari 2012

Sunita Williams masuk islam? (part 1)




Wallahu'alam

  
>BISMILLAH-HIRRAHMA N-NIRRAHIYM
>
>Assalamualaikum. ....... !! Sebuah pesan penting untuk seluruh saudara
>muslim dam muslimah : Sunita Williams ( Wanita Indian Pertama yang pergi
>ke luar angkasa untuk beberapa bulan telah kembali ) menerima "ISLAM "
>karena ketika mereka ke bulan, mereka melihat ke bumi, dan nampak semua
>wajah bumi kelihatan sangat gelap (hitam), tetapi ada 2 tempat di bumi
>yang bersinar dan terlihat seperti berkilauan. Mereka kaget melihat hal
>itu dan mereka ingin melihat lebih jelas dengan batuan teleskop dan
>mengetahui bahwa kedua tempat tersebut adalah Mekah & Madinah. Mereka
>memutuskan setelah mereka tiba di bumi mereka akan menerima islam.
Itulah
>alasan kenapa mereka bisa kembali ke bumi dengan selamat, karena
mengikuti
>arah sinar dari tempat tersebut. Maka berbanggalah menjadi seorang
muslim.
>
>gambar yang sebelah kiri adalah Mekah dan yang kanan adalah Madinah
 


-----Inline Attachment Follows-----


-------------------------------
Source:
http://www.almanhaj.or.id/content/2220/slash/0
http://www.almanhaj.or.id/content/2220/slash/1


AWAS !!! KABAR BURUNG

Oleh
Syaikh Dr Abdul Azim Badawi


Allah berfirman di dalam kitab-Nya yang mulia, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita. Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu” [Al-Hujurat : 6]

Pada ayat ini, Allah melarang hamba-hambaNya yang beriman dari mengekor kepada isu yang tersebar, dan memerintahkan mereka untuk meneliti kebenaran berita yang sampai kepada mereka, karena tidak semua yang diberitakan itu benar adanya, dan tidaklah setiap yang dibicarakan itu merupakan suatu kejujuran. Sesungguhnya, musuh-musuh kalian senantiasa mengintai kelemahan kalian, maka wajib atas kalian agar selalu terjaga, sehingga kalian bisa memergoki orang-orang yang hendak membangkitkan dan menyebarkan kegelisahan serta isu-isu yang tidak benar ditengah-tengah kalian.

Allah berfirman.

“Artinya : Wahai orang-orang yang beriman, jika seorang fasik datang kepada kalian membawa berita, hendaklah kalian teliti” [Al-Hujurat : 6]

Maksudnya : Jangannlah kalian terima beritanya, sampai kalian teliti dan membuktikan kebenarannya.

Pada ayat ini Allah mengajarkan kepada kita bahwa hukum asal orang fasik adalah dusta, akan tetapi ada kemungkinan dia jujur, maka dari itu berita yang dibawanya tidak langsung diterima atau ditolak, kecuali setelah dilakukan penelitian atas kebenaran berita tersebut. Jika telah jelas kejujurannya melalui bukti dan keterangan yang ada, maka beritanya diterima, akan tetapi jika sebaliknya, maka beritanya di tolak.

Kemudian Allah menjelaskan hikmah dari perintahNya untuk melakukan pengecekan kebenaran suatu berita, serta hikmah laranganNya dari mengekor kepada isu dan kabar burung seraya berfirman.

“Artinya : Kalian menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaan yang sebenarnya” [Al-Hujurat : 6]

Maksudnya : Kemudian ternyata kalian yang salah dan kaum tersebut tidak bersalah apa-apa.

“Artinya : Sehingga kalian akan menyesali perbuatan kalian” [Al-Hujurat : 6]

Terlebih , apabila perbuatan kalian tersebut menyebabkan punggung-punggung kalian dicambuk, karena mungkin tuduhan kalian itu menyebabkan hukuman tertentu, seperti tuduhan zina dan sebagainya.

Betapa perlunya kaum muslimin semuanya kepada ayat ini, mereka membacanya, merenunginya dan berperangai dengannya. Berapa banyak tragedi terjadi karena sebuah berita bohong yang disebarkan oleh seorang fasik lagi membuat onar?! Betapa banyak darah yang ditumpahkan, nyawa berterbangan, harta benda dirampas, kehormatan dicabik-cabik, disebabkan oleh sebuah berita bohong yang sama sekali tidak ada buktinya.

Semua itu digulirkan oleh musuh-musuh Islam dan kaum muslimin untuk memusnahkan persatuan mereka, mencabik-cabik kekuatan mereka, serta menghembuskan permusuhan dan kebencian diantara mereka?!

Betapa banyak dua orang yang bersaudara dipisahkan oleh berita-berita bohong?! Berapa banyak pasangan suami istri dipisahkan oleh berita-berita dusta?! Dan berapa banyak pula peperangan antara suku dan umat karena berita-berita palsu?!

Allah Yang Maha Halus dan Mengetahui memberi kaidah syariat untuk umat ini, agar masyarakat ini tidak dirobek-robek, tidak dipecah belah dan api fitnah tidak berkobar didalamnya, yang apabila telah berkobar tidak akan bisa dipadamkan.

Sungguh, di antara perkara yang sangat disayangkan adalah, bahwa tidak satupun masyarakat kaum muslimin bebas dari kaum munafiq dan pendengki, mereka adalah orang-orang yang tidak akan pernah merasa tenang, jika melihat masyarakat muslimin saling berkasih sayang, bersaudara serta merasa sebagai satu kesatuan, sehingga apabila seorang yang biasa dari mereka, maka yang memiliki kedudukan pun ikut mengeluh.

Wajib bagi kaum muslimin untuk mempertajam kewaspadaan mereka dan berhati-hati terhadap musuh mereka, serta hendaknya kaum muslimin senantiasa mengingat, bahwa musuh-musuh mereka selalu begadang untuk menyusun rencana dan makar terhadap kaum muslimin. Maka dari itu kaum muslimin harus senantiasa waspada sehingga bisa mengetahui darimana munculnya permusuhan dan bagaimana kebencian di antara mereka dikobarkan!!

Sesungguhnya, keberadaan orang-orang munafik di dalam masyarakat Islam merupakan bahaya laten yang besar, akan tetapi lebih berbahaya dari itu adalah adanya orang-orang beriman yang senantiasa menerima dikte dari kaum munafik, mereka juga mau mendengar gosip-gosip kaum munafik, bahkan mengekor di belakang pendapat dan sepak terjang kaum munafik, tanpa menghiraukan dampaknya terhadap kaum muslimin.

Al-Qur’an telah mencatat untuk kita sebagian bencana yang menimpa kaum muslimin, akibat mengekornya sebagian kaum muslimin dibelakang kaum munafik, para pedengki, sehingga kita bisa memetik hikmah dari pengalaman orang-orang sebelum kita.

Jika berkenan, maka bacalah surat An-Nuur, kemudian renungilah beberapa ayat mulia yang Allah firmankan untuk mengumumkan kesucian Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘anha dari tuduhan kaum munafik, dan ternyata beberapa orang yang benar-benar beriman ikut-ikutan menuduh tanpa bukti.

Allah berfirman.

“Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong” [An-Nuur : 11]

Maksudnya : Kebohongan, ifik seburuk-buruk dusta, dinamakan ifik karen dipalingkan dari kebenaran. Diambil dari perkataan : “afaka asy-syaia” jika dia memalingkan dari keadaan yang sebenarnya.

Karena Aisyah Radhiyallahu ‘anha berhak mendapat pujian, karena beliau adalah seorang wanita yang terpelihara dan mulia, siapa saja yang melemparkan tuduhan buruk kepadanya, maka hakekatnya dia membalik suatu perkara dari kenyataannya. [1].

“Artinya : Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu” [An-Nuur : 11]

Maksudnya : Wahai keluarga Abu Bakar, janganlah kalian mengira bahwa fitnah atas kalian itu suatu keburukan bagi kalian. 

Allah berfirman.

“Artinya : Bahkan ia adalah baik bagi kamu” [An-Nuur : 11]

Janganlah menilai segala perkara dari lahiriyahnya saja, karena terkadang berita datang dalam bentuk yang buruk, tapi jangan disangka bahwa yang menimpa kalian adalah keburukan, bahkan itu merupakan kebaikan bagi kalian.

Kebaikan pertama adalah, Allah menyebutkan kalian dihadapan para malaikat, dan Allah turunkan beberapa ayat yang senantiasa dibaca berkenaan dengan perkara kalian.

Kedua, dengan turunnya ayat ini, mendung menjadi sirna, kegelapan tersingkap, serta lenyaplah gunung kesedihan di dalam hati Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu ‘anha, di dalam hati suaminya, yaitu Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ayahnya yaitu Abu Bakar Radhiyallahu ‘anhu, demikian juga sahabat Rasulullah yang terpercaya sebagai tertuduh dalam fitnah ini bersama Aisyah Radhiyallahu ‘anha, Shofwan bin Al-Mu’ththil Radhiyallahu ‘anhu, kemudian ayat-ayat tersebut membimbing kaum mukminin dalam menghadapi berbagai isu, serta bagaimana menyikapi kedustaan dan para pendusta, maka Allah berfirman.

“Artinya : Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu orang-orang mukminin dan mukminat tidak bersangka baik terhadap diri mereka sendiri, dan (mengapa tidak) berkata : Ini adalah suatu berita bohong yang nyata” [An-Nuur : 12]

Inilah langkah awal yang harus anda ambil, jika sampai kepadamu sebuah berita buruk tentang saudaramu, hendaklah anda renungi diri anda sendiri, jika anda berbaik sangka terhadap diri anda dan berusaha menolak tuduhan-tuduhan tersebut, maka anda juga wajib berbaik sangka terhadap saudaramu serta berusaha menolak tuduhan-tuduhan atas diri saudaramu, seraya anda katakan.

“Artinya : Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), Ini adalah dusta yang besar” [An-Nuur : 16]

Tidak mungkin saudaramu berkata atau berbuat sedemikian buruk. Inilah sikap yang diambil oleh sebagian sahabat Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika sampai kepada mereka berita buruk tentang Aisyah Radhiyallahu ‘ahna.

[Disalin dari majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyah Vol. 5. No. 7 Edisi 31- Jumadil Akhir 1428H. Penerbit Ma’had Ali Al-Irsyad As-Salafy Surabaya, Alamat : Jl Sidotopo Kidul No. 51 Surabaya]


Halaman ke-2 dari 2


Dari Abi Ayyub Al-Anshari, beliau menceritakan bahwa : 

Ummu Ayyub bertanya : Wahai Abu Ayyub, apakah anda tidak mendengar perbincangan manusia tentang Aisyah ?

Abu Ayyub : Iya, itu adalah suatu kedustaan, apakah kamu pernah melakukannya, wahai Ummu Ayyub?

Ummu Ayyub : Tidak, demi Allah, aku tidak akan pernah melakukannya.

Abu Ayyub : Demi Allah Aisyah lebih baik dari kamu [2]

Kemudian Allah berfirman.

“Artinya : Mengapa mereka (yang menuduh itu) tidak mendatangkan empat orang saksi atas berita bohong itu? Oleh karena mereka tidak mendatangkan saksi-saksi. Maka mereka itulah pada sisi Allah orang-orang yang dusta” [An-Nuur : 13]

Inilah langkah kedua yang harus diambil oleh setiap muslim jika sampai kepadanya tuduhan buruk kepada saudaranya muslim. Langkah pertama adalah mencari dalil batin, yaitu berbaik sangka kepada saudaranya muslim. Langkah kedua adalah mencari bukti nyata.

“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita. Maka periksalah dengan teliti” [Al-Hujurat : 6]

Maksudnya : Mintalah kepada sang pembawa berita bukti kebenaran kabar yang dia bawa, jika ada buktinya maka bisa diterima, dan jika tidak membawa bukti, maka berita tersebut di tolak, karena dia adalah orang yang fasik dan pendusta, kemudian semua pihak tidak menyebarkan berita bohong tanpa bukti, dengan cara ini berbagai isu akan mati dan dikubur di dalam dada para provokator, karena tidak seorangpun yang mempercayai mereka.

Demikian Al-Qur’an mendidik pengikutnya, akan tetapi sangat disayangkan, akan anda saksikan mayoritas kaum muslimin tidak menerapkan bimbingan ini, terbukti ketika seorang munafik pendengki menebarkan berita bohong atas seorang muslim maka dengan cepat tersebar luas ditengah masyarakat muslim, berpindah dari satu lidah ke lidah yang lain tanpa di cek dan di renungi, sebagaimana disindir oleh Allah.

“Artinya : (Ingatlah) di waktu kamu menerima berita bohong itu dari mulut ke mulut dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit juga, dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja, padahal dia pada sisi Allah adalah besar” [An-Nuur : 15]

Secara asal perkataan itu berpindah melalui pendengaran bukan dengan lidah, akan tetapi Allah mengungkapkan kecepatan penyebaran yang luar biasa dengan berpindah melalui lidah, seakan-akan dari suatu lidah ke lidah yang lain tanpa melalui pendengaran yang menghubungkannya dengan hati, padahal hati berfungsi memikirkan apa yang didengar, kemudian ditimbang perlu tidaknya untuk disebarkan.

Allah berfirman.

“Artinya : Dan kamu katakan dengan mulutmu apa yang tidak kamu ketahui sedikit saja” [An-Nuur : 15]

Juga tidak berdalil.

“Artinya : Dan kamu menganggapnya suatu yang ringan saja, padahal dia pada sisi Allah adalah besar” [An-Nuur ; 15]

Setelah Allah memberikan bimbingan kepada kaum muslimin adab-adab ini, Allah juga mengajarkan bagaimana menyikapi berbagai isu tersebut, dan membunuhnya sebelum tumbuh besar, sehingga tidak menyebar di masyarakat.

Kemudian Allah memperingatkan kaum mukminin agar tidak sibuk dengan sesuatu yang mereka tidak memiliki ilmu tentangnya. Demikian pula Allah memperingatkan kaum mukminin agar tidak mengekor di belakang para pendusta dan penebar isu-isu bohong, seraya berfirman.

“Artinya : Allah memperingatkan kamu agar (jangan) kembali memperbuat yang seperti itu selama-lamanya, jika kamu orang-orang yang beriman” [An-Nuur ; 17]

Kemudian Allah mejelaskan, bahwa mengekor di belakang para pendusta dan penebar isu-isu bohong hakekatnya adalah mengikuti langkah-langkah setan . Allah berfirman.

“Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaithan, barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaithan. Maka sesungguhnya syaithan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar, sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmatNya kepada kamu sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendakiNya, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”[An-Nuur : 21]

Allah juga menyatakan bahwa lisan dan segenap anggota badan akan bersaksi atas setiap hamba pada hari kiamat, Allah berfirman.

“Artinya : Sesungguhnya orang-orang yang menuduh wanita yang baik-baik, yang lengah lagi beriman (berbuat zina), mereka kena la’nat di dunia dan akhirat, dan bagi mereka azab yang besar. Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu mereka kerjakan. Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya, dan tahulah mereka bahwa Allah-lah yang benar, lagi yang menjelaskan (segala sesuatu menurut hakikat yang sebenarnya)” [An-Nuur : 23-25]

Wahai penebar berita bohong ! wahai penelan fitnah ! wahai orang yang tidak senang melihat dua orang saling mencintai kecuali pasti berupaya untuk memisahkannya ! wahai orang yang ingin mencela orang-orang yang tidak berhak di cela ! tahanlah lisanmu ! karena sesungguhnya anda akan diminta pertanggung jawaban atas setiap ucapanmu.

“Artinya : Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir” [Qaaf : 18]

Berhati-hatilah dengan perkataan dusta, menyebarkan isu bohong, menuduh orang muslim tanpa bukti, berprasangka buruk terhadap kaum muslimin !!!

Seakan-akan saya bersama anda (orang yang merugi) pada hari kiamat, hari penyesalan, musuhmu menuntutmu seraya mengatakan : Anda telah mendholimiku, yang lain mengatakan : Anda mencelaku, lawan yang lain mengatakan : Anda melecehkanku, lawan yang lain mengatakan : Anda mempergunjingkanku dalam perkara yang tidak kusukai.

Ketika itu posisi anda begitu lemah dihadapan mereka, sehingga anda benar-benar berharap kepada Allah untuk membebaskanmu dari tuntutan mereka, terlebih ketika anda mendengar firmanNya.

“Artinya : Pada hari ini tiap-tiap jiwa diberi balasan dengan apa yang diusahakannya, tidak ada yang dirugikan pada hari ini. Sesungguhnya Allah amat cepat hisabnya” [Al-Mukmin : 17]

Maka engkau merasa yakin akan kebinasaanmu, dan anda teringat firman Yang Maha Agung dan Pengampun.

“Artinya : Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang zalim. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak” [Ibrahim : 42]

Kita berlindung kepada Allah dari kehinaan, kita memohon hidayah dan taufiq dari-Nya.

[Dialihbahasakan oleh Imam Wahyudi Lc dari Majalah Al-Asholah, edisi 34]

[Disalin dari majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyah Vol. 5. No. 7 Edisi 31- Jumadil Akhir 1428H. Penerbit Ma’had Ali Al-Irsyad As-Salafy Surabaya, Alamat : Jl Sidotopo Kidul No. 51 Surabaya]
__________
Foote Note
[1]. Tafsir Al-baghowi 4/181
[2]. Tafsirul Qur’an Al-Adhim 3/273

| Free Bussines? |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

rohis