Daftar Isi :

Sabtu, 28 Januari 2012

Badai Matahari Hanya Mampir di Kutub Utara





   Assalamu'alaikum.....  

Masyarakat Indonesia boleh berlega hati. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) beberapa hari terakhir ini menunjukkan terjadinya badai matahari tidak berpengaruh signifikan di Tanah Air. 


"Badai matahari yang terjadi kali ini tergolong kelas menengah tinggi. Tapi, pantauan LAPAN, tidak ada pengaruh signifikan di Indonesia," kata Peneliti Utama Astronomi-Astrofisika LAPAN, Thomas Djamaluddin, saat dihubungi pada Jumat, 27 Januari 2012.

Thomas menjelaskan sehebat apa pun badai matahari terjadi di lingkungan antariksa sampai lapisan ionosfer. Jadi, kata dia, tidak akan langsung berpengaruh pada manusia.

Apabila ada dampak gangguan, kata Thomas, yang terganggu adalah satelit telekomunikasi yang menggunakan gelombang radio dan GPRS. "Tapi di Indonesia tidak ada gangguan, sehingga tidak perlu risau," kata Deputi Sains, Pengkajian, dan Informasi Kedirgantaraan LAPAN itu.

Jika di Indonesia dampak badai matahari tidak signifikan, di Kutub Utara dampaknya lebih terasa. Karena itu, Korean Air and Asiana Airlines mengubah rutenya untuk berjaga-jaga dari dampak geomagnetik yang bisa mengganggu peralatan komunikasi mereka. Selain dua maskapai Negeri Ginseng, maskapai penerbangan Korea Delta dan United Airlines juga telah mengubah jalur penerbangan mereka yang melalui bagian kutub.

Menurut Thomas, Bumi memiliki lapisan pelindung, yaitu magnetosfer, selubung tak kasatmata yang dibentuk medan magnet Bumi. Magnetosfer ini mengelilingi permukaan Bumi pada jarak 95 ribu kilometer yang berfungsi sebagai pelindung dari serangan partikel berbahaya, termasuk badai matahari.

Tameng pelapis Bumi kedua adalah atmosfer yang berada di ketinggian 80 kilometer di atas Bumi. Di daerah ini badai matahari akan disaring oleh medan magnet Bumi yang rapat di sekitar kutub. Akibatnya, badai yang semula berbahaya melepaskan energinya melalui cahaya berbagai warna atau dikenal sebagai aurora yang sering tampak di sekitar Kutub Utara dan Selatan.

Menurut Thomas, puncak badai matahari sudah berlalu, sehingga masyarakat Indonesia tidak perlu risau. "Karena partikel matahari mencapai Bumi sekitar 24 Januari malam waktu Indonesia," kata dia.

Menurut NASA, semburan korona matahari (CME) akan mencapai kecepatan 2,253 km per detik. Badai matahari ini akan menyentuh lapisan atmosfer bumi pada Selasa (24/1), sekitar pukul 09.00 waktu AS. Badai matahari ini akan berlangsung selama kurang lebih 7 jam..
Semburan radiasi matahari berpotensi mengisolasi sistem komputer yang ada pada satelit bumi, merusak sambungan lsitrik, dan mengganggu transmisi radio. Selain itu, radiasi ini juga akan mempengaruhi manusia yang berada di luar angkasa maupun di ketinggian, seperti di pesawat.

Untuk menghadapi radiasi ini, sejumlah penerbangan di Kutub Utara telah dialihkan. Kemudian juga, peluncuran satelit ke luar angkasa juga akan dihentikan sementara, paling tidak menunggu hingga badai matahari selesai.

Sementara itu, tumbukan partikel-partikel bermuatan yang energik dengan atom yang ada dalam lapisan termosfer bumi akan menghasilkan Aurora di sekitar lingkaran Arktik.

"Badai matahari kali ini yang terbesar sejak Mei 2005, sedangkan yang lainnya hanya sekitar 10 persen," ucap fisikawan dari SWPC, Doug Biesecker, seperti dilansir Los Angeles Times




Badai matahari ini juga akan mengganggu sistem GPS. Sedangkan pada Selasa malam, di langit akan terlihat warna dan cahaya tertentu yang merupakan efek badai matahari ini. Saat itu, sejumlah partikel energetik akan menyusup ke atmosfer bumi.




| Free Bussines? |

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

rohis